Subsidi Siswa Miskin Tahun 2012 Sebesar Rp3,9 Triliun
05.04 Rabu, 04 Januari 2012
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Rasa-rasanya rasa muakku sudah sampai pada puncaknya.
Setelah membaca rubrik Humaniora di harianKompas edisi hari ini, aku menjadi semakin jengkelsaja dengan kebijakan sistem pendidikan di Indonesia yang kian lama kian wagu saja. Akhir-akhir ini rubrik Humaniora Kompas memang banyak menyoroti tentang kondisi pendidikan di Indonesia. Diawali dengan pemberitaan mengenai ide cemerlang dari salah seorang ketua RW di salah satu desa di Sala Tiga yang dengan kreatifnya menggagas sebuah sekolah alternatif untuk siswa SLTP dengan konsep sekolah terbukanya sampai pada kegilaan mungkin lebih tepat jika disebut kebodohan dari pemerintah mengenai rancangan sistem jalur pendidikan yang baru.
Dalam sistem pendidikan yang baru ini pemerintah akan membagi jalur pendidikan menjadi dua jalur besar, yaitu jalur formal standar dan jalur formal mandiri. Pembagian jalur ini berdasarkan perbedaan kemampuan akademik dan finansial siswa. Jalur formal mandiri diperuntukkan bagi siswa yang mapan secara akademik maupun finansial. Sedangkan jalur formal standar diperuntukkan bagi siswa yang secara finansial bisa dikatakan kurang bahkan tidak mampu.
Dengan kata lain jalur formal mandiri adalah jalur bagi siswa kaya sedangkan jalur formal standar adalah jalur bagi siswa miskin. Konyol memang. Aku sampai tidak habis pikir bisa-bisanya pendidikan dikotak-kotakkan berdasarkan tingkat fianansial dari peserta didik. Dalam hal ini, pemerintah berdalih bahwa pada jalur formal mandiri akan disediakan beasiswa bagi siswa yang kurang mampu miskin agar dapat menuntut ilmu pada jalur ini. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah Berapa banyak sich beasiswa yang disediakan?.
Pemerintah sendiri menyatakan bahwa setidaknya akan ada lima persen siswa miskin yang bersekolah di setiap sekolah yang menyelenggarakan jalur formal mandiri. Menurut ku ini juga merupakan salah satu bentuk kebodohan yang lain. Coba saja kita bayangkan seandainya ada seorang siswa miskin yang memperoleh beasiswa untuk bersekolah di jalur formal mandiri yang nota bene tempat sekolahnya siswa kaya. Bukankah kondisi seperti ini malah menjadikan siswa miskin ini menjadi minder dan rendah diri. Ketika teman-temannya selalu mengenakan seragam yang bersih dan tersetrika dengan rapi dengan menggunakan pelembut dan pewangi pakaian sedangakan siswa miskin ini hanya mampu mengenakan seragam bekas alias hibahan dari tetangganya, bukankah kondisi seperti ini malah menjadikan siswa miskin ini menjadi objek tontonan bagi siswa-siswa kaya?
Apakah pembagian jalur pendidikan ini merupakan salah satu misi pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa?
Menurutku, pendidikan adalah satu-satunya jalan bagi bangsa kita dalam mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain. Aku cukup salut dengan pemerintah Kamboja dan Thailand yang mulai berbenah diri dengan berfokus pada pendidikan warga negaranya. Kedua negara ini mulai merintis pendidikan gratis bagi warga nya. Pemerintah Kamboja sendiri mulai mengalihkan sembilan belas persen dari total anggarannya yang biasanya digunakan sebagai angaran militer untuk mendukung pengembangan pendidikan.
Lantas bagai mana dengan visi dan misi pendidikan di Indonesia? Mau dibawa ke mana pendidikan di Negara kita? Apakah pendidikan sudah menjadi barang dagangan yang nantinya menghasilkan outputan berupa selembar sertifikat dan ijazah bukannya keahlian dan daya analitis? Dan apakah pendidikan hanya menjadi milik dan hak orang kaya saja?
Apakah memang orang miskin dilarang sekolah?
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Apa sih hakikat pendidikan? Apakah tujuan yang hendak dicapai oleh institusi pendidikan?
Agak miris lihat kondisi saat ini. Institusi pendidikan tidak ubahnya seperi pencetak mesin ijazah. Agar laku, sebagian memberikan iming-iming : lulus cepat, status disetarakan, dapat ijazah, absen longgar, dsb. Apa yang bisa diharapkan dari pendidikan kering idealisme seperti itu. Ki hajar dewantoro mungkin bakal menangis lihat kondisi pendidikan saat ini. Bukan lagi bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa (seperti yang masih tertulis di UUD 43, bah!), tapi lebih mirip mesin usang yang mengeluarkan produk yang sulit diandalkan kualitasnya.
Pendidikan lebih diarahkan pada menyiapkan tenaga kerja "buruh" saat ini. Bukan lagi pemikir-pemikir handal yang siap menganalisa kondisi. Karena pola pikir "buruh" lah, segala macam hapalan dijejalkan kepada anak murid. Dan semuanya hanya demi satu kata : IJAZAH! ya, ijazah, ijazah, ijazah yang diperlukan untuk mencari pekerjaan. Sangat minim idealisme untuk mengubah kondisi bangsa yang morat-marit ini, sangat minim untuk mengajarkan filosofi kehidupan, dan sangat minim pula dalam mengajarkan moral.
Apa sebaiknya hakikat pendidikan? saya setuju dengan katamencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi, ini masih harus diterjemahkan lagi dalam tataran strategis/taktis. kata mencerdsakan kehidupan bangsa mempunyai 3 komponen arti yang sangat penting : (1) cerdas (2) hidup (3) bangsa.
(1) tentang cerdas
Cerdas itu berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan real. Cerdas bukan berarti hapal seluruh mata pelajaran, tapi kemudian terbengong-bengong saat harus menciptakan solusi bagi kehidupan nyata. Cerdas bermakna kreatif dan inovatif. Cerdas berarti siap mengaplikasikan ilmunya.
(2) tentang hidup
Hidup itu adalah rahmat yang diberikan oleh Allah sekaligus ujian dari-Nya. Hidup itu memiliki filosofi untuk menghargai kehidupan dan melakukan hal-hal yang terbaik untuk kehidupan itu sendiri. Hidup itu berarti merenungi bahwa suatu hari kita akan mati, dan segala amalan kita akan dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Patut dijadikan catatan, bahwa jasad yang hidup belum tentu memiliki ruh yang hidup. Bisa jadi, seseorang masih hidup tapi nurani kehidupannya sudah mati saat dengan snatainya dia menganiaya orang lain, melakukan tindak korupsi, bahkan saat dia membuang sampah sembarangan. Filosofi hidup ini sangat sarat akan makna individualisme yang artinya mengangkat kehidupan seseorang, memanusiakan seorang manusia, memberikannya makanan kehidupan berupa semangat, nilai moral dan tujuan hidup.
(3) tentang bangsa
Manusia selain sesosok individu, dia juga adalah makhluk sosial. Dia adalah komponen penting dari suatu organisme masyarakat. Sosok individu yang agung, tapi tidak mau menyumbangkan apa-apa apa-apa bagi masyarakatnya, bukanlah yang diajarkan agama maupun pendidikan. Setiap individu punya kewajiban untuk menyebarkan pengetahuannya kepada masyarakat, berusaha meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitarnya, dan juga berperan aktif dalam dinamika masyarakat. Siapakah masyarakat yang dimaksud disini? Saya setuju bahwa masyarakat yang dimaksud adalah identitas bangsa yang menjadi ciri suatu masyarakat. Era globalisasi memang mengaburkan nilai-nilai kebangsaan, karena segala sesuatunya terasa dekat. Saat terjadi perang Irak misalnya, seakan-akan kita bisa melihat Irak di dalam rumah. Tapi masalahnya, apakah kita mampu berperan aktif secara nyata untuk Irak (selain dengan doa ataupun aksi)? Peran aktif kita dituntut untuk masyarakat sekitar...dan siapakah masyarakat sekitar? tidak lain adalah individu sebangsa.
inilah sekelumit tulisan yang saya jadikan pokok pemikiran buat apa itu hakikat pendidikan sebenarnya.
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Tantangan Teknologi Informasi dalam Pendidikan Indonesia
Indra Akuntono | Inggried |
Selasa, 27 September 2011 | 13:14 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Semakin banyaknya penyusunan dokumen dan distribusi data yang mengacu pada penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), mendesak Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) untuk menerapkan TIK ke dalam sistem pendidikan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan dan administrasi, meningkatkan komunikasi, dan mendukung peningkatan penyampaian kurikulum dan pembelajaran di kelas.
Staf Ahli Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) bidang Rencana Biro dan Organisasi, Abdullah Alkaf mengatakan, dengan banyaknya dukungan terhadap pemanfaatan TIK untuk pendidikan, maka tantangan besar yang dihadapi adalah memastikan koordinasi dan integrasi dari inisiatif yang beragam ke dalam kerangka kerja strategis tingkat nasional agar memberikan dampak yang lebih besar ke dalam dunia pendidikan.
Koordinasi dibutuhkan untuk meningkatkan efektivitas dan skala, serta keberlanjutan dari berbagai inisiatif pemanfaatan TIK, kata Alkaf, Selasa (27/9/2011), di Jakarta.
Ia menjelaskan, Indonesia yang masuk ke dalam salah satu negara dengan pengguna TIK terbesar di dunia sudah selayaknya menerapkan pelayanan publik berbasis TIK. Hal itu sebagai bentuk efisiensi pelayanan dari pemerintah kepada masyarakat, khususnya dalam pengelolaan pendidikan.
Reformasi birokrasi harus dibentuk dalam layanan-layanan yang lebih baik. Harapannya adalah agar terwujud efisiensi nasional untuk masyarakat yang kita layani, ujarnya.
Terlebih, lanjutnya, penerapan TIK sangat terkait dengan transparansi yang telah diatur dalam Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). Pengelolaan pendidikan dengan memaksimalkan penggunaan TIK diharapkan akan mendorong partisipasi aktif dari masyarakat dalam monitoring dan evaluasi pembangunan pendidikan di tahun-tahun mendatang.
Selama ini, ketidak tersediaan TIK membuat distribusi data (pendidikan) menjadi tidak maksimal. Penyebabnya, di banyak daerah, pendistribusian data masih menggunakan cara-cara manual, dan di beberapa daerah lainnya terpaksa menggunakan cara-cara yang lebih tradisional (tulis tangan) karena selain belum adanya komputer tetapi juga masih ada beberapa daerah yang belum tersedia saluran listrik.
Tidak tersedianya TIK memaksa pendistribusian data menggunakan cara-cara yang manual...............
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Dari Dalila Sadida - "saya jadi ingat saat sedang kuliah, hal macam ini(ketidakmerataan pendidikan) sudah cukup sering dibicarakan pak, namun rasanya masih "sebatas" dibicarakan, action nya? hm... tell me how sir? while I'm "just" an ordinary uni student. thank you in advance :)" |
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Dosen-dosen, sama dengan guru-guru di sekolah, wajib untuk mengaktifkan mahasiswa/i dalam proses pembelajaran. Kita perlu menggunakan strategi-strategi, walapun kelasnya adalah besar, di mana mahasiswa/i adalah seaktif mungkin dalam proses pembelajaran.
Apakah anda yang dosen yang membaca ini pernah ikut program seminar yang ceramah atau pidato sepanjang hari? Apakah anda ingin tidur atau pulang? Sekarang kebanyakan presenter menggunakan laptop dan data projector. Apakah ada bedanya? Setelah dua atau tiga presentasi apa anda ingin tidur atau pulang juga? Sama saja kan?
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Sebelum desentralisasi, beberapa sekolah di Indonesia sudah melaksanakan proses Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)secara mandiri dan mereka mampu mengatasi banyak masalah-masalah yang berkaitan dengan pengembangan sekolah secara internal. Sekolah-sekolah ini, sebagian yang didaftar (sebelah kiri), disebut sebagai pelopor, dan perkembangannya sebenarnya cukup hebat. Kepala sekolah juga termasuk berani kalau kita melihat keadaan lingkungan dan paradigma sistem manajemen pendidikan saat itu. Sekarang, di beberapa propinsi di Indonesia kami mulai dapat melihat kemampuan sebenarnya dari MBS karena dukungan yang diberikan dari Pemerintah Daerah dan Dinas Pendidikan. Transformasi yang dilaksanakan luar biasa. Proses MBS tidak dapat disebut baru di Indonesia, tetapi pelaksanaan sekarang dibuktikan dapat mengubah kebudayaan dan sistem supaya pengembangannya menjadi efektif dan "sustainable". Apa yang membuat implementasi sekarang menjadi efektif? Dasarnya adalah - Manajemen implementasi yang bagus. Seperti semua inisiatif yang lain, manajemen yang bagus adalah kunci untuk implementasi yang afektif. Bila perubahan sistemik dilaksanakan tanpa perubahan kebudayaan organisasi, implementasinya sering gagal dan kembali ke keadaan sebelumnya, seperti kita sudah melihat dulu setelah kepala sekolah yang mendorong prosesnya dipindahkan ke sekolah yang lain. Untuk implementasi yang bagus semua stakeholder harus sangat mengerti peran mereka masing-masing. Sesuai dengan etos MBS peran mereka tidak dapat dipastikan dari awal secara hitam di atas putih, mereka perlu, secara proses terbuka, mendiskusikan dan menukar pikiran supaya peran mereka yang paling mendukung guru di lapangan dan proses belajar-mengajar secara maksimal dapat ditentukan. Di dalam program baru, tidak ada peserta (stakeholder) yang dianggap superior, semua stakeholder walau mereka adalah Dewan Pendidikan, guru baru, atau orang tua yang petani, membawa input (pengalaman) dan kebutuhan mereka ke meja diskusi untuk mencari jalan terbaik untuk membantu stakeholder yang lain maupun keperluan mereka sendiri. Sekarang, yang juga sangat mendukung prosesnya adalah kita sekalian mengimplementasikan PAKEM (Contextual Learning) |
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Posted in by smanegeri7balam | 0 komentar
Visi: PADA Tahun 2015 menjadi Sekolah Yang Unggul Dalam, Prestasi akademik non akademik murah berdasarkan iman taqwa murah Era Globalisasi Dalam, menghadapi
misi:
1. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama Yang murah juga dianut bangsa sehingga menjadi Budaya sumber kearifan berfikir Dalam,, Berbicara, murah bertindak.
2. Mendorong membantu setiap Peserta murah didik UNTUK Mengenal Potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal.
3. Menumbuhkan Keunggulan secara efektif Kepada Seluruh Warga Sekolah.
4. Melaksanakan Kegiatan pembelajaran efektif Yang murah efisien DENGAN menggunakan multi media sehingga setiap Peserta didik dapat berkembang secara optimal Sesuai Potensi Yang dimilikinya.
5. Menguasai Teknologi Informasi Pengetahuan murah.
6. Menumbuhkan semangat bersaing menghadapi Era Globalisasi Dalam,.
7. Menerapkan Manajemen partisipasif melibatkan Seluruh Warga Dalam, Sekolah murah Kelompok kepentingan Yang Terkait DENGAN Sekolah.
Copyright 2009
Design by Studio ST. Blogger Templates by Blogcrowds.